Berastagi | KABARBERANDA – Krisis air di beberapa titik di kawasan Berastagi sekitarnya sejak beberapa hari terakhir, sepertinya bakal berkepanjangan. Konflik itu bersumber dari ketidak jelasan dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang seharusnya disalurkan ke Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Tanah Karo. Desa Merdeka sejak dulu menerima dana CSR dari PDAM Tirtanadi cabang Berastagi, mengingat di desa itu ada tujuh mata air sebagai penopang sumber air. CSR itu sejak setahun 2019 tak jelas juntrungnya ke Desa Merdeka, tak lagi tersalurkan, terkesan abu abu dan gelap.
Ketidak jelasan penyaluran dana CSR ini penyebab terjadinya krisis air yang berlarut, mata air di desa Merdeka ditutup oleh Kepala Desa Merdeka beserta perangkat desa dan warganya. Krisis air ini menjadi masalah nasional, masyarakat yang tak kebagian air marah, namun hal ini tidak menjadikan Kades Merdeka dan masyarakatnya merasa bersalah. Kades Merdeka Karius Surbakti mengaku tetap bertanggung jawab atas penutupan mata air. Mengingat akar masalah itu datangnya memang dari pihak PDAM Tirtanadi Berastagi. “Saya bertangung jawab atas penutupan mata air, Tirtanadi Berastagi telah melanggar MoU yang telah disepakati sejak lama. Beberapa poin kesepakatan mereka langgar, Kacab Tirtanadi Berastagi pembohong, tak bisa diajak kerja sama, dana CSR yang menjadi hak kampung kami tak lagi kami terima. Setiap ditanya, Kacab Tirtanadi terkesan acuh. Kami bukan pengemis” ujar Karius dalam pertemuan dengan sejumlah petinggi PDAM Wilayah Sumut di Restaurat Panorama Berastagi Minggu malam (12/7). Karius berang, dana CSR untuk desa mereka yang nilainya tak seberapa itu semakin sulit tersalurkan. Padahal jalan menuju mata air itu selalu dibersihkan masyarakatnya, mata air tetap terjaga dan terlindungi. “ Desa kami yang punya mata air, tapi desa kami pula yang selalu kekurangan air terlebih bila hari hari libur. Hotel hotel berbintang tak pernah mati airnya, Kacab Tirtanadi Berastagi setiap saya telepon tak pernah mengangkat telepon saya, didatangi ke kantantornya tak bisa bertatap muka, para pegawai PDAM tirtanadi Berastagi semua sombong sombong. Kami punya hak untuk menutup mata air itu karena memang pihak Tirtanadi lah yang jadi biang penyebab. Silahkan adukan saya jika Tirtanadi keberatan, saya akan pertanggung jawabkan dari segi hukum” ujar Karius tegas.
Pertemuan yang membahas konflik air itu belum menemukan titik temu, pejabat teras Tirtanadi Wilayah Sumut dan Kacab Berastagi juga belum memberikan sinyal apa yang dipaparkan Karius. Dipastikan wilayah Berastagi dan sekitarnya akan tetap mengalami krisis air. Benarkah ada dugaan “abu abu” dalam penyaluran dana CSR ke desa Merdeka ? tunggu liputannya. (Red)