November 7, 2024

Guru Patimpus, Makamnya Tak Setara Nama Besarnya

0

Hamparan perak | KABARBERANDA – Sejarah mencatat, Guru Patimpus Sembiring Pela­wi adalah founding father pendiri kota Medan. Namanya diabadikan menjadi nama jalan di Medan dengan patung dirinya yang gagah. Namun nama pahlawan besar itu tak sebesar kuburannya. Makamnya biasa biasa saja bahkan tak semua tau dimana kuburan Guru Patimpus.  Entah apa musabab kurang populernya makam sang legenda ini, boleh juga dikarenakan kurang seriusnya perhatian pemerintah Sumatera Utara. Sebagai pendiri Kota Medan pada tahun 1590, tapi kubu­rannya bukan berada di Kota Medan, melainkan di Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang, itupun sepertinya terlupakan.

Dari berbagai sumber yang didapat Guru Patimpus Sem­biring Pelawi lahir di Desa Ajijahe Tanah Karo pada 1540. Kegemarannya melanglang buana, membantu siapa saja yang memerlukan bantuannya. Akhir hayatnya Guru Patimpus tinggal menetap dan dikebumikan di Desa Lama kampung istrinya yang ke empat di bekas Pusat Benteng Ke­rajaan Aru. Makamnya sederhana hanya berupa gundukan tanah yang di kedua ujung makan tertancap batu setinggi 40 Cm. Tak ada ukiran dan nama di batu itu. Seperti ada dua makam di lokasi yang dikelilingi pagar setinggi setengah meter. Makam yang satu sudah dipasang semacam nisan berbentuk kuburan muslim tapi tak juga ada tulisan apapun. Hanya ada prasasti di depan makam bertembok batu setengah meteran, bertuliskan Guru Patimpus. Lokasi makam berada di lahan yang ditanami tanaman muda oleh penduduk setempat. Jalan ke lokasi makam cuma jalan setapak, semak dan tanah yang becek. Sangat kurang layak untuk ukuran makam seorang pendiri Kota Medan. Warga setempat mengakui makam itu adalah makamnya Guru Patimpus, nama jalan di kawasan desa itu pun dinamakan jalan keramat.

Guru Patimpus merupakan sosok lelaki perkasa yang berjiwa petualang dan pengembara untuk menjalankan misi kemanusiaan. Ia dengan ikhlas mengobati orang sakit dari satu daerah ke daerah lain, mulai dari dataran tinggi hingga ke tanah Deli. Pada setiap tempat ia mendi­rikan pemukiman yang kemudian menjadi desa desa berpenghuni. 

Guru Patimpus mendirikan Sepuluh Dua Kuta mulai dari Desa Ajijahe (Rumah Meseng), Desa Perbaji  hingga te­rakhir Kuta Madan yang kini dike­nal sebagai Kota Medan. Ketela­danan yang diwariskan ke anak cucunya bukan untuk menguasai warisan, tetapi merintis dan men­dirikan desa untuk tempat tinggal orang banyak. 

Keteladanan ditiru anak-anak­nya, di antaranya anak pertama dari istri pertama Br Sinuhaji di Ajijahe (Pelawi Ruah Tanduk) yakni Ba­gelit Sembiring Pelawi. Bagelit men­dirikan Desa Sukapiring dan ketu­runannya menjadi Raja Urung Da­tuk Sukapiring. Anak dan istri kedua juga Br Sinuhaji di Desa Aji­jahe (Pelawi Rumah Tersek) yakni Jenda Sembiring Pelawi yang menjadi Raja di Ajijahe. Nini br Sinuhaji pertama dari keluarga Sinuhaji Rumah Julu dan Nini Br Sinuhaji kedua dari Ke­luarga Sinuhaji Rumah Jahe di Aji­jahe.

Istri ketiga Guru Patimpus adalah Br Bangun (Nini Ribu) di Desa Perbaji, yaitu Aji Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Perbaji. Anak keduanya diberi nama Raja Kita Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Durin Kerajaan Langkat. Istri keempatnya Br Tarigan (Putri Raja Pulu Brayan).

Dari pernikahan keempat ini memberinya dua anak laki-laki, Kolok (Hafiz Tua) Sembiring Pelawi dan Kocik (Hafiz Muda) Sembiring Pelawi yang ke­mu­dian menjadi Raja Urung Sepu­luh Dua Kuta dan memeluk Islam ketika menikah dengan Br Tarigan (Putri Raja Pulu Brayan).

Sangat pantas Pemko Medan ber­sama Kabupaten Deliserdang mem­bangun makam Guru Patim­pus, dan menjadikan museum sejarah Kota Medan yang dapat menjadi objek wisata. (Cok’s)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *