Ketika Kopi Gayo Terpuruk, Anjlok, Petani Menjerit
Takengon | KABARBERANDA – Mustakim pentolan Ikatan Mahasiswa Pascasarjana (IKAMAPA), adalah salah satu putra gayo yang berasal dari negeri yang berhawa sejuk ini menginginkan harga kopi gayo arabica tersebut kembali normal.
Mustakim, dalam siaran persnya mengatakan kepada media ini di ruang kerjanya. Kamis Tanggal 5/6/2020.
“Bahwa ditengah-tengah krisis ekonomi sekarang, banyak masyarakat membutuhkan bantuan dari Pemerintah setempat karna kita ketahui bersama akibat virus corona mata pencaharian yang mayoritasnya petani, kini kehilangan pendapatan.Menurunya harga kopi drastis seperti tidak ada harganya lagi. Kami berharap kepada Dewan Perwakilan Rakyat, (DPRK) Aceh Tengah agar bisa menjawab tuntutan kami. Sampai saat ini pihak pemerintah setempat masih belum mampu menjawab kenapa harga kopi begitu lamanya menurun. Masyarakat bingung, karna beberapa kali pertemuan dengan koperasi yang ada di Aceh Tengah kami tidak tahu apa yang sudah dilakukan serta apa yang sudah diperbuat untuk mengembalikan harga kopi supaya kembali normal. Mengacu kita ke informasi di International Coffee Organization (IBC) bahwa mereka membuktikan sampai saat ini harga kopi jenis Arabica mulai meningkat sejak dari awal maret 2020. Harga jual kopi dari masyarakat ke toke menurun, sedangkan harga kopi global kita lihat meningkat. Maka kami menduga ada permainan sehingga harga kopi tak kunjung naik dan mengalami penurunan harga. kami ingin pemerintah Aceh Tengah berpran aktif dalam membahas harga kopi yang tidak ada harganya lagi. Sedangkan harga jual di daerah sangat berbeda dengan pasar global sampai saat ini” ujarnya.
Mustakim berharap kepada Bupati Aceh Tengah, Drs. Shabela Abubakar beserta Dewan perwakilan rakyat, DPRK Aceh Tengah agar segera menindak lanjuti terkait harga kopi yang sampai saat ini masih menurun. Semoga dengan langkah langkah kebijakan serta peran pungsi Bupati serta DPRK bisa mengembalikan harga kopi supaya menjadi normal seperti yang di harapkan rakyat, cetusnya.
Hal senada juga disampaikan Kurnia Ara, salah satu petani kopi dan pengusaha kopi gayo itu saat di hubungi lewat via telpon. menurutnya, seharusnya pihak pemerintah Kabupaten Aceh Tengah beserta koperasi yang ada di dataran tinggi tanoh gayo bisa mengatasi anjloknya harga kopi yang sampai saat ini kita belum tau betul kenapa harga kopi menurun drastis. Apa karna pandemi virus corona atau terkendala dimana, semoga pihak pemerintah beserta koperasi kopi menanggapi hal ini dengan serius agar bisa di kaji kedepanya.
“Menurut Kurnia Ara, akibat harga kopi menurun, rakyat mengalami krisis ekonomi serta bisa berdampak kehilangan pendapatan bagi yang berprofesi sebagai petani karna berdasarkan laporan yang ia terima, bahwa masyarakat yang berada di dataran tinggi tanoh gayo, hampir 100 persen, warga Aceh Tengah hidup dari kopi, yang selama ini mereka tekunni karna mereka semua sudah menggantungkan hidupnya dan pendapatanya dari hasil kopi yang mereka miliki serta mereka yakin jika harga kopi kembali normal bisa mencukupi kebutuhan ekonomi mereka”,terangnya.
Kurnia Ara menyebutkan bahwa sampai hari ini yang menjadi pertanyaan kami selaku rakyat Aceh Tengah yang kekurangan SDM, serta tidak begitu mengetahui peraturan atau kebijakan pemerintah di daerah Kabupaten Aceh Tengah setempat “kami hanya ingin menyampaikan pesan kepada pak Bupati Drs. Shabela Abubakar serta Ketua DPRK, Arwin Mega beserta seluruh anggota dewan DPRK Aceh Tengah, agar bisa membantu untuk memulihkan harga kopi kami sehingga bisa kembali stabil dan normal harganya seperti sedia kala” karna menurut informasi yang kami terima bahwa harga kopi di international tetap stabil dan tidak ada penurunan serta hambatan dipasar global dunia itu. Tutupnya.(erwin.s.a.r)