Menilik Efektifitas Kebijakan Social Distancing dan Campaign #Dirumahaja
Oleh : Jesika Eugenia Purba
(Penulis adalah peminat Komunikasi Publik, lulusan Komunikasi UNPAD)
Pengantar
Sejak pertama kali diumumkannya kasus pandemi koronavirus (COVID-19) di Indonesia pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Jokowi, kini pandemi tersebut sudah mencapai total 1.155 kasus positif per tanggal 28 Maret 2020. Terbanyak di Provinsi DKI Jakarta dengan total kasus positif mencapai 627 orang. Disusul oleh Provinsi Jawa Barat dengan total kasus positif 119 orang. Dan urutan ketiga tertinggi, adalah Provinsi Banten, total 103 kasus positif. Lalu apa solusi pemerintah Indonesia untuk menekan pandemi ini agar tidak semakin parah? Sudahkah pemerintah mengeluarkan cara dan kebijakan yang efektif?
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Social Distancing yang kini telah berganti nama menjadi Physical Distancing adalah solusi dari WHO yang diterapkan oleh Indonesia. Pembatasan jarak dilakukan dengan tujuan mengurangi kemungkinan kontak antara orang yang terinfeksi dengan orang yang tidak terinfeksi. Social diganti oleh Physical, karena pembatasan jarak antar individu bukan berarti mengurangi interaksi sosial, karena di jaman sekarang ini orang masih bisa berinteraksi melalui internet, telepon genggam dan media sosial. Campaign #Dirumahaja : belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah pun disosialisasikan oleh pemerintah ke masyarakat dalam mendukung Physical Distancing.
Efektifitas sebuah Kebijakan
Langkah-langkah pembatasan jarak tersebut seharusnya dilakukan secara ketat dan segera dengan massive agar menjadi efektif. Namun, jika dilihat dari 3 hal berikut ini, sepertinya kecepatan informasi dan kebijakan belum mampu mengalahkan kecepatan penyebaran virus itu sendiri :
Pertama, campaign #Dirumahajayang diterapkan di Indonesia masih hanya bergantung pada kesadaran diri masing-masing individu. Belum ada aturan atau hukum yang menindak individu yang melanggar, sehingga masih banyak orang juga yang berkeliaran kesana kemari dan mengadakan kegiatan yang mengundang kerumunan tanpa mengindahkan peraturan. Campaign ini juga saya rasa masih kurang didukung oleh perusahaan-perusahaan negeri dan swasta yang belum memberikan peraturan pada karyawannya untuk bekerja dari rumah. Karena apa? Karena dari pemerintahnya pun belum ada mengeluarkan peraturan tegas dan wajib. Lalu bagaimana campaign ini bisa efektif bila hanya dijalankan setengah-setengah?
Kedua, jika pemerintah hanya bertumpu dalam campaign yang hanya mengandalkan kesadaran manusia dan tidak dibarengi dengan usaha lain yang lebih nyata tentu resiko meningkatnya kasus positif akan semakin tinggi. Usaha-usaha nyata pemerintah seperti rapid test massal, mengisolasi kasus positif dan pdp corona, menutup sekolah, perkantoran, tempar rekreasi dan hiburan dan membatasi transportasi.
Namun hal ini juga harus dilakukan secara tegas dalam seluruh aspek. Jika pembatasan transportasi dilakukan tanpa dibarengi dengan kebijakan #Dirumahaja yang ketat tentu tidak efektif malah yang ada akan semakin membuat rusuh keadaan.
Ketiga, kita Negara Indonesia sudah terlambat dan kurang antisipasi awal dalam menangani penyebaran virus corona, hal ini lah yang membuat angka kasus positif meningkat drastis terus dalam tiap harinya.
Kita sebagai masyarakat, hanya bisa mendukung apa yang pemerintah lakukan dan memberikan saran apabila kebijakan yang diterapkan dirasa kurang berfungsi dengan baik. Maka ayolah kita sama-sama menjalankan campaign #Dirumahaja. Walaupun belum ada aturan tegas yang mewajibkan masyarakat dalam menjalankan physical distancing ini, tapi ayolah kita jangan meremehkan virus corona ini, dan mengedepankan rasa kemanusiaan, saling peduli satu sama lain, juga untuk membantu Negara Indonesia.
Jadilah masyarakat yang positif dan optimis akan berakhirnya masa pandemi virus korona ini, daripada menjadi masyarakat yang negatif, tidak acuh, mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan kesulitan Negara kita.
SIsi positif yang dapat kita ambil dari kebijakan physical distancing adalah hal ini tidak menurunkan kretaivitas dan semangat anak bangsa. Memang ada kerugian seperti perasaan kesepian, kurangnya produktivitas, dan hilangnya manfaat dari interaksi langung dengan individu lain, tapi hal ini tidak membuat anak bangsa terpuruk.
Contohnya melalui platform media sosial instagram, facebook, twitter, youtube dan tiktok ada banyak hal yang dapat kita lihat sebagai cara anak bangsa tetap berkarya. Banyak hal-hal yang di share dan menunjukan bahwa dengan #Dirumahaja pun kita masih produktif.
Satu hal yang harus diingat pemerintah dalam masa pandemi ini, jangan ragu-ragu untuk tegas, ada angka penyebaran dan angka kematian yang perlu ditekan. Nyawa manusia tidak dapat dihidupkan kembali, namun laju pertumbuhan ekonomi dapat dipulihkan jika SDM nya masih ada.Mengakhiri tulisan ini, saya ikut membantu menyebarkan pesan singkat untuk masyarakat : Dalam situasi seperti ini, Bantu Pemerintah, Bantu Negara. Jadi individu yang peduli dan nurut.