Oleh : Jeisika Eugenia Purba
(Penulis adalah Peminat Komunikasi Publik, lulusan Komunikasi UNPAD)
PENGANTAR
Pandemi Korona (COVID-19) yang disebakan oleh Virus SARS-CoV-2 sudah membuat panik masyarakat dunia sejak akhir Tahun 2019 lalu. Hingga per tanggal 5 April 2020, wabah yang dimulai di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina ini sudah menginfeksi 1,20 juta orang di dunia, sembuh 246.760, dan meninggal 64.747 orang (sumber : worldometers.info). Dan di Indonesia sendiri sudah menginfeksi 2.092 jiwa orang per 4 april 2020.
Banyak cara yang dilakukan negara-negara di dunia dalam mengantisipasi semakin parahnya penyebaran virus ini. China yang melakukan isolasi di beberapa wilayah Provinsi Hubei, Korea Selatan yang melakukan rapid test massal ke lebih dari 100.000 warganya, Iran dan Indonesia yang menerapkan physical distancing dan mengisolasi warganya agar menghindari keramaian. Tanpa disadari, covid-19 juga mengubah kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari dalam beriteraksi, dan dalam kaitan komunikasi antar budaya, situasi tersebut sangat menarik untuk diamati.
DAMPAK POSITIP PANDEMI CONVID-19
Di setiap situasi sulit, tentu ada pembelajaran yang dapat diambil. Korona memang memberikan dampak negatif, khususnya untuk Indonesia, seperti melemahnya rupiah, tutupnya pusat perbelanjaan, dan melemahnya perekonomian. Namun, dibalik itu semua, tentu ada pembelajaran penting. Guna mengurangi rasa panik dan menambah rasa bersyukur kita, inilah 6 sisi positif yang dapat kita ulas dari Pandemi Korona :
- Mengedepankan Pola Hidup Bersih & Sehat
Apakah kita semua adalah pribadi yang rajin hidup sehat dan bersih sebelum pandemi ini merebak? Dan apakah setelah pandemi ini kita menjadi sering minum vitamin, makan makanan sehat, rajin mencuci tangan, menggunakan masker kemana pun kita pergi? Lihat perubahan yang telah kita lakukan, kita menjadi lebih positif dengan peduli akan kesehatan kita.
- Peduli dengan Keluarga dan Sesama
Virus korona menyerang sistem pernapasan pada manusia, dan akan lebih mematikan apabila menginfeksi orang tua yang memiliki penyakit pernapasan, seperti jantung dan asma. Maka banyak orang lebih memilih untuk tinggal di rumah dan menjauhi keramaian karena tidak mau menjadi pembawa virus ke rumah yang akhirnya mengenai orang tua, nenek dan kakek mereka. Selain menjadi lebih peka akan kesehatan pribadi, kita pun menjadi lebih peka akan kesehatan anggota keluarga yang kita sayangi.
Pandemi ini pun menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi antar umat manusia. Banyak orang yang melakukan donasi bersama-sama untuk mendukung peralatan rumah sakit dan juga orang-orang yang dirugikan dari isolasi ini, seperti ojek online dan pekerja umkm. Bahkan Selebriti pun menggunakan platform mereka untuk melakukan donasi dan kampanye. Seperti Selebgram Rachel Vennya, yang mengajak fans nya untuk ikut donasi melalui kitabisa.com, dan hingga 5 April 2020 sudah mencapai 8 M. Dan jurnalis sekaligus presenter Najwa Shihab melalui konser #dirumahaja juga menggalang donasi yang mencapai 10 M. Kita saling bantu antar umat manusia tanpa memandang ras, suku, agama, budaya. Kita menjadi satu, dengan satu tujuan untuk membantu sesama dan menghentikan penyebaran virus ini. Rasa empati kita pun tumbuh untuk membantu orang lain yang bahkan tidak kita kenal.
- Kerjasama Tanpa Pandang Bulu
Semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kepolisian, dokter, perawat, hingga anak muda menjalankan perannya masing-masing dengan tujuan menolong sesama dan menghentikan pandemi korona di Indonesia.
Pemerintah pusat yang mengeluarkan kebijakan #dirumahaja, physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar dimana pemerintah akan lebih tegas dan menindak hukum masyarakat yang masih lalai menaati aturan diam di rumah saja. Didukung dengan pemerintah daerah yang menerapkan aturan-aturan untuk mendukung kebijakan dari pusat. Hingga anak-anak muda yang memanfaatkan sosial media untuk mendukung kebijakan pemerintah. Seperti kampanye cuci tangan yang benar, hingga membagikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan selama diam #dirumahaja.
Kita tidak lagi saling menyalahkan satu sama lain, dipisahkan karena perbedaan pendapat, karena saat ini kita memiliki tujuan yang sama dan harus dicapai secepat mungkin. Tentunya dengan bekerja sama dengan semua pihak.
- Pemanfaatan Waktu Untuk Pengembangan Diri
Dengan berdiam diri di rumah, kita memiliki waktu yang banyak untuk melakukan hal-hal yang selama ini belum sempat dilakukan karena banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Seperti membaca buku, menghabiskan waktu dengan keluarga, mendekorasi kamar, dan lainnya.
Dengan memiliki waktu lebih sendiri juga dapat digunakan untuk merenung dan introspeksi diri atas apa yang selama ini telah dilakukan. Belajar lebih mengenal diri sendiri. Kita menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkan waktu luang.
- Kesadaran Mendekatkan Diri Pada Tuhan
Diluar usaha yang umat manusia lakukan untuk mengatasi pandemi ini, kembali lagi semua akan berjalan sesuai dengan kehendakNya. Kita dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk mendekatkan diri dengan Tuhan agar terhindar dari kepanikan dan ketakutan.
- Lingkungan Yang Lebih Baik
Dengan diberlakukannya belajar, bekerja dan beribadah dari rumah, tentu mnegurangi aktivitas warga di luar rumah. Sisi positif yang dapat diambil dari ini adalah, berkurangnya kendaraan yang berlalu-lalang, baik kendaraan pribadi roda empat dan roda dua, maupun transportasi umum. Tentu hal ini baik karena mengurangi polusi udara.
Marilah kita tetap bersyukur di tengah ancaman korona ini. Semua permasalahan yang terjadi tentu membawa pembelajaran baru untuk kita. Di segala permasalahan yang sekarang kita hadapi, semua tidak melulu negatif, pasti ada sisi positifnya yang berguna untuk diri kita maupun sesama. Sebagai warga Negara yang baik, mari kita bantu pemerintah, taati aturannya. Lakukan physical distancing, berkegiatan #dirumahaja. Peduli kesehatan sendiri, keluarga dan sesama, Bersama kita bisa!
DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNIKASI
Seluruh nilai positip tersebut di atas, tanpa kita sadari menimbulkan pergeseran model interaksi Intrapersonal (Interaksi intrapribadi atau Interaksi intrapersonal adalah interaksi yang terjadi di dalam diri sendiri terhadap dalam memakanai atau menanggapi suatu subyek) maupun Interaksi antar pribadi/Interpersonal (interaksi yang melibatkan dua atau lebih pihak dalam memaknai dan menanggapi suatu subyek). Bagaimana seseorang, mulai merubah cara pandangnya dan pemaknaannya terhadap keberadaan Tuhan, Agama, terhadap kebersihan, terhadap waktu dan lain sebagainya, semuanya mengalami pergeseran Itrapersonal. Demikian juga terjadi pergeseran antar pribadi bagaimana pentingnya kerja sama, bagaimana pentingnya saling perduli, dan sebagainya.
Dalam konteks pergeseran-pergeseran tersebut, saya mulai merasa ada pergeseran budaya manusia atau setidaknya perubahan sementara waktu. Awalnya, mungkin hanya kebiasaan yang berubah tapi jika Covid-19 terus saja jadi pembicaraan warga dunia, bukan tidak mungkin akan mengubah kebudayaan atau terjadi pengembangan kebudayaan. Kita bisa menganalisis lewat tujuh unsur kebudayaan universal. Pertama, sistem religi; umat manusia sudah diminta untuk menghindari ibadah di rumah ibadah. Sistem mata pencaharian; pedagang mungkin hanya dapat berjualan secara online, biasa jualan tisu beralih jualan masker dsb. Demikian juga sudah terbiasa menyebutkan isolasi, bahkan kata asing social distansing, sudah mulai mengetahui bahwa Bayclin (pemutih pakaian) juga bisa disemprotkan di permukaan lain, sebagai disinfektan.
Dalam komunikasi sehari-hari, juga anda pasti sering dengar percakapan seperti ini : “Dari mana?, cuci tangan dulu!!. Atau pakai hand sanitizer dulu!!” kata seseorang saat bertemu dengan teman lainnyanya di sebuah tempat. Atau ada yang berkata , “Kok tak pakai masker? Bahaya ah,” ucapnya. Di sisi non verbal (tidak diucap), saat ini jika ada yang batuk atau bersin atau pilek, di tempat umum, maka dapat dipastikan menjadi pusat perhatian. Jika ke rumah ibadah (masjid atau gereja), saat masuk tanpa disuruh sudah cuci tangan, keluar pun cuci tangan. Mencuci tangan juga aktivitas komunikasi non-verbal. Intinya semua kebiasaan kita, sementara ini berubah.
Dari perspektif Komunikasi Lintas Budaya, bahwa komunikasi terjadi di antara orang yang berbeda budaya, dan kemudian komunikasi dilakukan untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan itu. Dialog di atas misalnya, dapat dikatakan sebagai upaya mencari kesamaan antara orang yang terlibat dalam komunikasi, dan mendorong pembentukan kebudayaan yang sama, Anti Covid-19. Mengakhiri tulisan ini, penulis masih tetap mewanti-wanti bahwa bagaimanapun komponen kebudayaan kita masih tetap berbeda-beda, dan karenant, ada beberapa pertimbangan yang harus dimiliki untuk mengurangi potensi salah komunikasi, dan kuncinya adalah mempertebal rasa toleransi.