Prediksi Perilaku Sosmed Indonesia Tahun 2020 Dan Setelahnya

Oleh : H.M. Sitepu (Dosen dan Pengamat Perilaku Sosmed)

Pengantar

Secara umum, orang memaknai penghujung tahun tentang tiga hal utama yaitu, merefleksi diri tentang perbuatan/kejadian-kejadian tahun lalu, atau memasang niat (wish) apa yang akan dilakukan/dicapai tahun depan, atau meramal apa yang akan terjadi tahun depan dan seterusnya untuk diantisipasi. Oleh karena itu untuk mengisi ruang opini kabarberanda.com di penghujung tahun ini, saya membatalkan menyelesaikan tulisan yang serial dengan tulisan-tulisan sebelumnya tentang politik dan PILKADA, dan saya memutuskan untuk meramal perilaku Sosial Media tahun depan dan Setelahnya. Jika saya gunakan kata meramal, mungkin ada yang menganggap saya memiliki sixth sense (indera ke 6) untuk melihat kejadian ke depan, sebagaimana yang biasa digunakan dukun dan sekelasnya. Tapi apa yang saya lakukan berbeda, bukan menggunakan indera ke enam, melainkan melihat data/informasi sebelumnya berdasarkan observasi/mengamati kejadian masa lalu yang lebih banyak saya dapatkan melalui media sosial itu sendiri, serta membaca berbagai referensi. Oleh karena itu judul tulisan ini lebih tepat jika saya tulis “Prediksi Perilaku Sosmed Era 2020 dan Setelahnya”,

Mengapa Perilaku Sosmed Berubah?

Semua kehidupan ini memang berubah (dinamis), kecuali perubahan saja yang statis. Demikian juga interaksi kehidupan sosial akan selalu berubah dari masa ke masa. Kalau diperhatikan pola perubahan hubungan sosial baik secara individu maupun kelompok, dari masa ke masa adalah sama yaitu seperti bentuk jaring atau jala, dan itulah sebabnya disebut juga jejaring sosial. Bagaimana pola jaring? penjelasannya sederhananya adalah, pada awalnya kehidupan semua orang dimulai dari kesendirian, kemudian jenuh dengan kesepian maka dia mencari relasi/teman atau membentuk kelompok. Dimulai dengan kelompok kecil, menjadi kelompok besar, semakin membesar lingkupnya, bahkan boleh jadi lingkup hubungan sosial sedunia. Lama kelamaan, orang merasa jenuh atau merasa terganggu dengan hubungan terlalu luas, maka dia kembali mulai meciutkan hubungannya ke kelompok spesifik, bahkan terakhir kembali ingin sendiri (lonely). Begitulah sifat dasar siklus perubahan hubungan manusia, dimulai dari sendiri, berdua, beritga, rame2, dan akan kembali sendiri.
Agresifitas dinamika perubahan tersebut dibantu oleh tehnologi jaringan sebagai enabler-nya, yang disebut dengan media sosial berkembang dari waktu ke waktu seperti email, facebook, twiter, whatsapp, istagram, dan beberapa lagi yang sudah timbul dan tenggelam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola hubungan manusia (hubungan sosial) dan pola perkembangan media sosial adalah saling berpengaruh satu sama lain. 
Kemana Arah Perubahan Perilaku Sosmed?

Sebelum kita perkirakan/ramal arah perubahannya, terlebih dahulu saya ingatkan bahwa tujuan dari ramalan ini tidak lain untuk mengajak pembaca agar teruslah mengikuti perkembangan terbaru di sekitar kita termasuk media sosial, untuk dimanfaatkan menjadi  keuntungan antisipasi usaha, politik dan sebagainya.
Sebagai data awal, saya ringkas data pengguna Sosial Media di Indonesia tahun 2019 dari hasil survey Hootsuite sbb :

  • Jumlah pengguna Sosial Media di Indonesia sektar 150juta, atau sekitar 56% dari jumlah penduduk Indonesia
  • Dari 150 pengguna Sosmed Indonesia, sekitar 130juta (48% penduduk Indonesia) menggunakannya melalui mobile (bergerak) sejenis HP

Sementara kalau kita mau lihat Sosmed yang paling banyak digunakan, yang masuk dalam 10 besar berturut-turut sbb : Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, Line, Twiter, FB Messenger, BBM, Linkedn, dan Pinterest. Pendahulu-pendahulunya sudah mulai ditinggalkan seperti Skype, Wechat, Snapchat, Path dsb.
Selanjutnya arah dinamika perkembangan perilaku penggunaan Sosmed saya prediksi sebagai berikut :

# 1 – Isi dan Durasi Jangka Pendek

Jika dulu orang-orang bersedia menulis informasi atau berita panjang lebar lalu dibagikan sekaligus kebeberapa orang melalui email, saat ini orang lebih  senang berulang kali menulis secara singkat lalu berulang kali pula mengirimnya lewat media Whatsapp misalnya. Ke depannya, trend ini akan tetap berlaku. Lihat saja misalnya bagaimana maraknya orang menggunakan Twiter untuk menyebarkan berita singkat tapi strategis dan mudah serta langsung direspons pihak lain. Untuk gambar-gambar yang berdurasi jangka pendek, sosial lebih cenderung menggunakan Istagram, dengan alasan yang sama seperti Twiter. Sebuah lembaga riset Hootsuit, menyimpulkan bahwa 64% para pemasar, telah memanfaatkan istagram dalam strategi mereka dengan membuat cerita singkat berikut photo atau video, lalu dibagikan melalui Istagram. Mungkin dengan alasan tersebut, dewasa ini Facebook juga telah menyediakan fasilitas Live, Stories, sebagai saingan dari fungsi Twiter dan Istagram.
Oleh karena itu, pada tahun 2020 dan seterusnya, saya memperkirakan para penyedia layanan Sosmed akan mengikuti trend tuntutan ini, sehingga akan lebih banyak menyediakan fasilitas snapshoot (sekali shooting), langsung bisa dibagikan. Nampaknya ke depan, penggunaan Instagram akan menyalib facebok
# 2 – Berbasis sasaran Komunitas Sempit

Facebook dan Instagram telah lama mendominasi media sosial sebagai platform terbesar dan terpopuler. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa platform media sosial yang ceruk/sasarannya sempit tidak hanya muncul bahkan meningkat secara signifikan. Lihat TikTok, misalnya, adalah salah satu platform yang dimulai pada 2016 dan langsung mendapatkan popularitas di kalangan anak muda. Kalau kita perhatikan TikTok itu dirancang untuk one to one, atau face to face, yang digunakan anak muda bercakap-cakap, atau berduet karaoke dsb, yang sifatnya bisa dibatasi hanya untuk berdua saja, meskipun setelah percakapan atau duet nyanyi banyak juga yang membagikannya melalui facebook. Antar perusahaan yang melakukan B2B (Business To Business) lebih suka LinkedIn untuk inisiatif media sosial mereka, sementara komunitas game berduyun-duyun ke Twitch
Ini menunjukkan pada tahun 2020 dan seterusnya, akan ada beberapa platform media sosial alternatif yang penggunaannya lebih spesifik yaitu Sosmed yang sifatnya fokus pada pengguna yang sudah mulai bosan hiruk pikuknya media sosial lama.
# 3 – Fitur like (suka) mungkin akan dihapus.

Pada awalnya, Facebook sangat sukses menggunakan fitur/fasilitas like pada status, sehingga ada anggapan setiap tulisan status yang banyak like, menandakan tulisan statusnya berbobot, banyak yang suka, banyak teman, dsb. Bahkan sering kita lihat ada semacam komplain dari penulis status kepada temannya yang tidak pernah like statusnya, dan mengancam akan mendelete dari pertemanan. Tidak disadari lagi bahwa arti kata like itu sesungguhnya adalah suka, yang selama ini salah penempatan menjadi sudah baca. Banyak sekali yang like status temannya bukan karena suka tapi hanya toleran atau sekedar mengatakan sudah baca. Saya secara pribadi, sangat jarang me-like jika memang tidak suka atau jika sekedar menunjukkan sudah baca status teman. Konsekuensinya adalah berapapun yang like status saya saya asumsikan mereka like karena memang suka (original intention)
Semakin lama, para provider/penyedia sosmed menyadari fungsi like tersebut sudah salah guna dan sebagian besar malah sudah malas menggunakannya.  Instagram sebagai salah satu jejaring sosial terbesar misalnya kemungkinan menghapus fitur suka untuk postingan. Bahkan Instagram baru-baru ini menguji proposal ini dalam uji beta dan dapat segera menerapkan perubahan ini secara global. Logika yang telah diberikannya adalah bahwa suka menentukan nilai sosial seseorang dan menunggu validasi semacam itu merusak kesehatan mental seseorang. Skenario di mana Instagram berhasil menghapus suka dan mendapatkan lebih banyak pemasar untuk pindah ke fitur iklan yang memang disediakan khusus, maka ke depannya dapat mendorong jejaring sosial lain untuk melakukan langkah seperti itu, agar para pengiklan misalnya masuk kepada fasilitas iklan berbayar di media sosialnya.
# 4 – Perdagangan melalui Sosmed Akan Berkembang

Platform media sosial seperti Instagram, Pinterest, dan Facebook telah lama digunakan oleh pebisnis untuk menjual produk mereka. Perdagangan melalui Sosmed sebagai jalan peritel baru akan semakin kuat. Perdagangan sosial sedang dalam perjalanan untuk menjadi saluran ritel arus utama yang setara dengan media lain seperti situs web dan toko offline. Tren ini akan semakin menguat dengan semakin banyak jejaring sosial memperkenalkan fitur-fitur pro-penjualan seperti posting yang dapat dibeli.
# 5 – Sosmed berisi Video Akan Mendominasi

Konten video adalah salah satu bentuk konten yang paling menarik dan akan segera mendominasi Sosmed sebagai pemenang. Apakah itu video berdurasi pendek seperti yang populer di TikTok atau panjang seperti  YouTube, video adalah masa depan konten Sosmed
Menurut sebuah studi Cisco, pada tahun 2022, 82% dari semua konten online akan menjadi konten video. Ini jelas menunjukkan betapa pentingnya untuk mulai menggunakan konten video agar tetap relevan di domain media sosial.
Jika selama ini Anda belum membuat video, sekarang saatnya Anda perlu memulainya dalam strategi konten Anda. Dalam waktu dekat, video akan mendominasi media sosial dan siapa pun yang tidak menyadarinya akan mengalami kesulitan. Ke depannya Anda dapat mulai dengan menggunakan fitur seperti Stories baik untuk konten Sosmed Anda atau untuk iklan bisnis. Anda juga dapat menambahkan video ke postingan Sosmed Anda, meskipun pada platform yang secara tradisional didominasi oleh konten gambar atau teks.
Kesimpulan

Sebagai kesimpulan dari tulisan di atas, dinamika perubahan perilaku sosial akan selalu diikuti oleh teknologi platform Sosmed, dan sebaliknya minat sosial untuk mengadopsi perkembangan technologi baru selalu tinggi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).

Dalam kesimpulan ini juga saya jelaskan bahwa AR tersebut mulai digunakan oleh Instagram atau storie facebook, di mana video Anda secara live dapat menggunakan kaca mata, atau alis, dsb yang semuanya virtual. Sedangkan VR banyak digunakan Sosmed dalam game war/perang misalnya, yang seakan pengguna bisa masuk ke dalam arena perperangan benaran
Kata akhir dalam kesimpulan ini yang menari adalah ucapan emak-emak yang mengatakan : “Apapun Sosmednya yang penting bisa jualan on-line”…….. Alamaaak!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *