TOPENG
Topeng adalah topeng, benda dari berbagai bentuk yang kerap dijadikan penutup muka bertujuan melindungi siapa di balik topeng itu. Topeng lazim dipakai bagi orang orang yang sifat dan kepribadiannya punya unsur penipu. Jika kita hanya seorang laki laki penjual narkoba, jangan melihat langit di siang hari.
Di era komputerisasi sekarang ini peran topeng sudah bisa digantikan dengan berbagai cara. Merubah karakter dengan kepura puraan adalah bagian dari pengganti topeng. Manusia belum tentu konstan berlaku sebagai manusia, bisa juga pada momentum tertentu, pada kondisi psikologis tertentu, pada situasi perhubungan sosial tertentu, pada peristiwa tertentu berlaku sebagai monster, kanibal, hewan, setan atau iblis. Manusia model gituan adalah manusia yang bertopeng tanpa memakainya. Pemimpin belum tentu pemimpin, ia bisa seorang pemberang yang culas. Tokoh belum tentu tokoh, bisa juga ia seorang eksploitator yang penuh napsu. Panutan belum tentu panutan, ia bisa juga menjadi seorang penunggang dan kita kudanya. Cendekiawan belum tentu cendekiawan, bisa juga ia manipulator logika dan kebenaran ilmu. Ulama belum tentu ulama, bisa juga ia tidak berbeda dengan blantik atau preman. Jenis jenis manusia yang demikian juga bertopeng gaya modern. Seorang ayah belum tentu bisa dibanggakan anak anaknya jika rezeki yang ia peroleh dari hasil rampok dan agen ganja. Hanya saja sebagai anak wajib menghormati orang tuanya sekalipun sang bapak senaif itu. Orang hidup musti sangat berhati-hati, penuh kewaspadaan pikiran dan kerendahan hati, supaya tidak terlalu sengsara dan luka parah. Di dalam budaya Islam, bahkan orang yang menguasai ilmu agama Islam belum tentu seorang Muslim. Orang yang pintar mengaji belum tentu berkelakuan baik. Orang yang sedikit-sedikit beristighatsah dan bershalawat belum tentu gerakannya itu ada kaitan murni dan substansial dengan makna istighatsah dan shalawat. Orang pakai peci, surban, jilbab dan tasbih, belum tentu orang yang salih. Apa lagi mengaku islam sementara kelakuan kebinatangannya lebih dominan. Rambut sudah memutih, tak ada pekerjaan, adabnya kotor, istri dipaksa jual gorengan tapi hasilnya dipakai tuk modal ganja dan mabuk mabukan. Ada yang namanya Islam data. Khasanah ilmu dan wacana pengetahuan Islam dimasukkan ke dalam ‘hard-disk’ di otak seseorang sebagai directories of data. Seluruh isi Al-Qur’an dengan software program yang sederhana, tidak memerlukan lebih dari 1-MB. Atau katakanlah bahwa seluruh ilmu dan pengetahuan yang menyangkut Islam dari kandungan teologi, filosofi, ushulul-fiqh dan fiqh, semua hasil ijtihad dan apa saja hanya memerlukan tidak lebih dari 1 Giga-Byte. Sedangkan otak manusia memiliki kelapangan memori dan kecanggihan operasional yang beratus-ratus atau bahkan beribu-ribu persen melebihi kapasitas komputer yang paling mutakhir dengan segala jenis software-nya. Seluruh data Islam di dalam diri seseorang bisa tersimpan begitu saja, dan tidak pasti loading pada operasional hati, batin, psikologi, kepribadian dan perilaku sosialnya. Singkat kata, orang yang sudah membaca syahadat belum tentu sudah ‘bersyahadat’. Orang yang sudah mengucapkan sesuatu, tidak dijamin sudah melakukannya. Wajah seorang tokoh bisa kita masukkan ke Photo Shop atau Corel Paint, kita manipulir melalui berbagai macam menu yang tersedia, maka nanti melalui lalulintas pengolahan di RGV, Indexed Colour, CMYK, kita ciptakan layers, di mana wajahnya yang cacat bisa kita hapus, teksture-nya yang kasar bisa kita perhalus, ketersentuhannya dengan gambar kiri kanan yang tidak kondusif bisa kita cropping. Kita bisa bikin image scenario dengan blur, distort, pengubahan pixel dan sebagainya. Lantas kita print-out dan kita sebar ke masyarakat luas dan membuat khalayak terkagum kagum.
Kalau yang kita sosialisasikan sekedar gambar, masih bisa diinvestigasi apakah yang memangku dan dipangku itu orisinal ataukah animasi komputer. Tetapi kalau gambar yang kita maksud adalah citra sosial, dan software programnya adalah media opinion making, yang perekayasaannya canggih sedemikian rupa, maka dua ratus juta rakyat suatu negeri bisa puluhan tahun tertipu olehnya. Kemudian kita ribut dan bunuh-bunuhan, dan tetap memelihara ketololan untuk tidak belajar dari kebodohan. Seperti anak dari seorang pedagang narkoba tadi, kelihatan santun tapi otaknya tercuci dengan gumpalan kemunafikan. Buka dulu topeng mu……