Orang Tua Mahasiswa Aksi Mogok Makan UINSU Diintimidasi, Rektor Dinilai Ingkar Janji
Medan | KABARBERANDA – Irwansyah Rambe, orang tua Irham Sadani, koordinator aksi mogok makan mahasiswa, mengaku mendapat ancaman anaknya terancam di drop out (dikeluarkan) dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), karena telah melakukan aksi yang menuntut dilakukannya pemeriksaan kasus dugaan plagiasi oknum rektor UINSU.
Irwansyah yang dihubungi, Senin (5/4), mengaku dirinya ditemui 5 orang yang mengaku utusan Rektor UINSU, dan memintanya untuk memanggil serta menasehati anaknya Irham Sadani agar menghentikan serta tidak lagi melakukan aksi-aksi terkait kasus plagiasi oknum Rektor UINSU.
“Saya tidak hafal semua nama yang menemui saya, yang saya ingat hanya dua orang yakni WD III FSH Arifuddin Harahap dan WD III FKM Salamuddin Nasution. Yang 3 orang lagi saya tidak ingat namanya,” ujar Irwansyah, yang menyebutkan ke 5 orang yang mengaku utusan Rektor UINSU itu menemuinya di rumahnya di Jalan Padang Bulan, Gg Rahmad, Rantauprapat.
Irwansyah menjelaskan, ke 5 orang utusan rektor itu menemuinya pada Sabtu malam (3/4/2021) sekitar pukul 22.00 WIB.
“Permintaan mereka agar saya membujuk dan melarang Irham agar tidak lagi melakukan aksi-aksi di UINSU. Mereka nyatakan aksi yang dilakukan anak saya ilegal dan melanggar kode etik di UINSU, apalagi aksi yang dilakukan menyerang rektor atas dugaan plagiasi. Kalau anak saya terus melakukan aksi, dia bisa terancam di DO dari UINSU,” jelas Irwansyah.
Ke 5 utusan rektor itu, lanjutnya, juga memfitnah bahwa aksi yang dilakukan Irham dan teman-temannya, merupakan aksi yang ditunggangi pihak lain. Irham disebut dijanjikan pihak yang menunggangi akan dijadikan PNS atau akan dijadikan caleg pada Pemilu 2024 nanti.
Atas permintaan ke 5 utusan Rektor UINSU itu, Irwansyah mengatakan bahwa anaknya sudah besar dan ia tentu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
“Saya yakin anak saya mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dan saya yakin anak saya benar dalam hal ini jadi saya akan tetap mendukungnya,” sebutnya.
Sebagai mahasiswa yang memegang teguh idealisme, imbuh Irwansyah, memang sudah menjadi tugasnya untuk menyuarakan jika ada yang dilihatnya tidak benar dilingkungan kampus maupun lingkungan sosialnya.
“Idealisme mahasiswa tentunya tidak boleh dirampas oleh siapapun, termasuk oleh saya orang tuanya. Apalagi hak dan kebebasan untuk menyampaikan pendapat di muka umum itu dilindungi undang-undang,” tegas Irwansyah.
Koordinator aksi mogok makan mahasiswa UINSU, Irham Sadani, yang dihubungi terpisah, Senin (5/4), juga membenarkan kalau orang tuanya di Rantauprapat telah didatangi 5 orang utusan Rektor UINSU, meminta orangtuanya membujuknya agar tak lagi melakukan aksi terkait plagiat rektor.
“Kami sangat kecewa karena Rektor UINSU telah ingkar janji. Pada pertemuan Rabu malam (31/3), saat kami meminta klarifikasi atas intimidasi dan ancaman yang kami terima, Rektor Prof Syahrin telah berjanji tidak akan ada intimidasi dan ancaman akibat aksi kami. Rektor sebagai pimpinan tertinggi UINSU bahkan meminta maaf bila ada bawahannya yang melakukan intimidasi dan ancaman,” ujar Irham.
Dengan adanya intimidasi yang dilakukan utusan rektor kepada orang tuanya, sebut Irham, berarti Rektor UINSU telah melakukan pembohongan publik, karena pernyataannya itu juga telah banyak dimuat di media, baik lokal maupun nasional.
“Kami tidak akan mundur sedikitpun atas ancaman dan intimidasi itu. Dan kami meminta doa restu dari orang tua kami, bahwa dalam waktu dekat ini kami akan kembali menggelar aksi ke Jakarta untuk meminta Menteri Agama RI segera membentuk Tim Independen untuk.memeriksa dugaan plagiat yang dilakukan oleh Rektor UINSU saat ini,” tegas Irham.
Selain Irham, peserta demo lainnya, Haris Fadillah Sihombing, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi UINSU, kepada wartawan mengaku orang tuanya di Tanjung Balai juga didatangi utusan Rektor UINSU, yakni WD III FIS Yose Rizal Saragih, pada Minggu siang (4/4).
Hanya saja, sebut Haris, orang tuanya menceritakan bahwa Yose tidak menceritakan terkait aksi demo mahasiswa ataupun masalah perkuliahannya di UINSU. Bahkan orang tuanya sebelumnya juga tidak mengetahui kalau yang datang adalah WD III FIS dan utusan Rektor UINSU.
“Orang tua saya hanya cerita ada dosen UINSU datang ke rumah di kampung bersilaturrahmi dan memberi sembako berupa beras 1 karung, gula dan teh. Tidak ada bercerita terkait demo atau perkuliahan saya,” jelas Haris.
Ia mengetahui jika yang berkunjung ke rumahnya adalah WD III FIS, setelah Yose menelponnya dan mengatakan ia telah berkunjung menemui orang tuanya di kampung. Haris juga mengaku langsung menelpon orang tuanya untuk mempertanyakan perihal kunjungan itu dan memberitahu orang tuanya bahwa yang berkunjung itu adalah WD III FIS UINSU.
Rektor UINSU Prof Syahrin Harahap yang dikonfirmasi wartawan pada Senin malam (5/4), untuk menanyakan apakah benar pihak Rektorat UINSU ada mengirimkan utusan WD-WD III di lingkungan UINSU untuk menemui orang tua mahasiswa peserta aksi mogok makan, tidak memberi tanggapan, meski konfirmasi melalui WhasApp telah terkirim dan posisi sedang online.
Saat di telpon untuk menanyakannya, tetapi juga tidak diangkat. Meski panggilan masuk dan berdering.
Teks Foto: Rektor UINSU Prof Syahrin Harahap saat memberi keterangan pers bersama mahasiswa peserta mogok makan pada Rabu malam (31/3) lalu. Saat itu rektor meminta maaf dan berjanji tidak ada intimidasi terkait aksi mahasiswanya. (Rel/KB/foto Ist)